Hakikat Serta Potensi Manusia dan Alam Semesta dalam perspektif Filsafat Pendidikan Islam - Aulia Rachma
Headlines News :
Home » , , , , » Hakikat Serta Potensi Manusia dan Alam Semesta dalam perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Hakikat Serta Potensi Manusia dan Alam Semesta dalam perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Written By Aulia Rachma on Rabu, 18 September 2013 | 00.53

PEMBAHASAN


A. Hakikat dan Potensi Manusia perspektif Filsafat Pendidikan Islam

What is a man? Demikian suatu pertanyaan yang dikemukakan oleh Jujun S. Suryasumantri ketika mulai membahas bidang telaah filsafat.[1] Pertanyaan ini mengandung indikasi bahwa pada tahap permulaan, filsafat senantiasa mempersoalkan “siapakah manusia itu”.? Jika pada tahap awal Filsafat mempersoalkan masalah manusia, demikian pula halnya dengan pendidikan Islam. Ia tidak akan memiliki paradigma yang sempurna tanpa menentukan sikap konseptual filosofisnya tentang hakikat manusia. Sebab bagaimanapun manusia adalah merupakan bagian dari alam raya ini. Perlunya menentukan sikap dan tanggapan tentang manusia dalam Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya, didasarkan atas asumsi bahwa manusia adalah subjek sekaligus objek pendidikan Islam.

Untuk menjawab permasalahan di atas, terlebih dahulu harus dikemkakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar filosofis bagi pandangan pendidikan Islam. Dalam hal ini Al-Syaibany menyebutkan beberapa prinsip, antara lain yakni:
  • Manusia adalah makhluk yang paling mulia di alam ini. Allah telah membekalinya dengan berbagai keistimewaan yang menyebabkan ia mengungguli makhluk lain.[2]
  • Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia diangkat menjadi khalifah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar ketakwaan.[3]
  • Manusia adalah makhkuk berfikir dengan menggunakan bahasa sebagai media. Hal ini sering diungkapkan bahwa: manusia adalah hewan yang dapat berbicara.
  • Manusia adalah makhluk tiga dimensi, ibarat segi tiga sama kaki, yaitu: jasad, akal, dan rûh.[4]

Dengan berpegang kepada beberapa prinsip seperti di atas, kiranya Filsafat Pendidikan Islam akan mudah untuk menentukan konsep tentang hakikat manusia dari berbagai aspeknya, seperti proses penciptaannya, tujuan hidupnya, kedudukannya, tugas-tugasnya, dan lain sebagainya.


B. Hakikat dan Kedudukan Alam dalam Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam

Setelah pembahasan menyangkut dengan hakikat manusia dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembahasan mengenai hakikat dan kedudukan alam dalam tinjauan Filsafat Pendidikan Islam.

Menurut Al-Jurjani, sebagaimana dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa term alam adalah segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti segala sesuatu yang ada (maujud) selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali baik nama maupun sifat-sifat-Nya.[5] Segala sesuatu selain Allah itulah alam dalam pengertian yang sederhana.

Dari pengertian tersebut, secara sepintas dapat dipahamai bahwa alam dengan segala isinya diciptakan oleh Allah agar melalui semua itu dapat mengenal-Nya. Di samping itu, alam dengan segala potensi yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia secara bersama.

Dalam kaitannya dengan alam, menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam, antara lain yakni:

a. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan alam sekitarnya tempat mereka hidup. Seluruh makhluk, baik benda ataupun alam sekitar, dipandang sebagai bagian alam semesta. Oleh karena itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya, bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial (sesama manusia) semata, tapi juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.

b. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe, baik yang materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini harus diteliti dan dipelajari dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini sehinga memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan.

c. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori (alam materi dan alam ruh), harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus memperhatikan kedua hal ini secara seimbang, karena kehidupan manusia yang sempurna tidak akan terwujud hanya dengan memperhatikan salah satunya.

d. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur ini, harus dipahami sebagai keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Olehnya itu, dari sikap ini diharapkan akan menambah iman atau keyakinan bahwa manusia tidak berdaya dihadapan Allah yang telah membuat dan mengatur alam ini sedemikian harmonis dan teraturnya.

e. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh bagi manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan peradaban manusia, melainkan alam merupakan teman dan alat bagi kemajuan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus senantiasa diarahkan agar dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana mengelola alam dan memanfaatkannya secara bijaksana demi kepentingan umat manusia.

f. Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dan seisinya ini bersifat baru (tidak kekal). Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan pendidikan Islam bahwa hanya Allahlah yang bersifat kekal dan abadi.



PENUTUP

Dengan berpegang dari beberapa prinsip tersebut di atas, Filsafat Pendidikan Islam akan dapat menentukan arah pemikiran dan implementasi pendidikan Islam di antara filsafat-filsafat pendidikan lainnya. Di samping itu, sebagai sebuah disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam dapat pula menentukan sikapnya dari permasalahan-permasalahan seputar alam. Sikap ini pada akhirnya akan melahirkan berbagai prinsip yang dapat dijadikan sebagai landasan filosofis dalam menentukan tujuan, metode, kurikulum, dan berbagai komponen lainnya dalam pendidikan Islam.


DAFTAR PUSTAKA
  • Jujun S. Suryasumantri, Filsfata Islam; Sebuah Pengantar Populer, Cet. X; (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996
  •  Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam: A Framework for An Philosophy of Education, terj. oleh Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1992
___________________________
[1] Jujun S. Suryasumantri, Filsfata Islam; Sebuah Pengantar Populer, Cet. X; (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 27
[2] Lihat antara lain, QS. Al-Isrâ’ (17): 70 dan QS. Al-Tîn (95): 4
[3] Lihat antara lain, QS. Al-Baqarah (2): 30 dan QS. Al-Nûr (24): 55
[4] Jasad adalah raga manusia yang harus diusahakan agar senantiasa berada dalam keadaan sehat. Akal adalah potensi yang dimiliki oleh manusia yang memungkinkan baginya untuk mengembangkan budaya dalam arti luas. Sedangkan Rûh merupakan subtansi yang langsung diberikan Allah yang memungkinkan manusia dapat behubungan dengan-Nya dan meniru sifat-sifat-Nya.
[5] Lihat, Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, 97
Share this article :

0 komentar :

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Total Tayangan Halaman

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Aulia Rachma - All Rights Reserved
Original Post by Yaya